Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi di era global ini, bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sangat besar, di Indonesia berdasarkan survey Ac
Nielsen di tahun 2007 bahwa 61% sampai 91% masyarakat Indonesia
suka menonton televisi, hasil ini lebih lanjut dijelaskan bahwa
“hampir 8 dari 10 orang dewasa di kota-kota besar menonton televisi
setiap hari dari 4 dari 10 orang mendengarkan radio” ( Media
Indonesia, 16- Nopember 2007). Hal ini menunjukkan bahwa menonton
televisi merupakan “aktivitas” utama masyarakat yang seakan tak
bisa ditinggalkan. Realitas ini sebuah bukti bahwa televisi mempunyai
kekuatan menghipnotis pemirsa, sehingga seolah-olah televisi telah
mengalienasi seseorang dalam agenda settingnya.
Maraknya stasiun televisi dalam berlomba mencari rating penonton, sehingga melupakan unsur kandungan materi suatu acara apakah bisa ditonton untuk segala umur, Sisi lain yang sangat ironis adalah peranan pemerintah dalam memfilter acara televisi sudah sangat kecil peranannya(lembaga sensor Film), untuk itu dengan kondisi seperti sekarang ini peranan orang tua (ortu) harus berani tegas untuk mengatakan "TIDAK MENONTON ACARA TV"
Kenapa peranan ortu harus bisa tegas , karena korban pertama dari pengaruh televisi adalah anak-anak, Jika anaka dibawah 2 tahun yang dibiarkan orang tua menonton acara televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan, terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak, menonton televisi lebih dini bisa mengakibatkan proses wiring proses penyambungan antara sel-sel otak menjadi tidak sempurna.
Hasil penelitian dari Yayasan
Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia) menyebutkan bahwa Kekerasan
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sinetron remaja kita.
Bentuk kekerasan yang paling banyak ditemui adalah kekerasan
psikologis 41% yang diekspresikan secara verbal, diikuti dengan
kekerasan fisik 25%. Dari sisi pelaku kekerasan maupun korban
kekerasan, tidak terdapat perbedaan yang besar antara laki-laki dan
perempuan. Sedangkan motif terjadinya kekerasan, sebanyak 90%
dilakukan secara sengaja / terencana, dan sebagian besar usia pelaku
maupun korban adalah remaja. Temuan lain adalah dominasi tema
percintaan dalam sinetron remaja yang mencapai sekitar 85%. Ekspresi
yang berkaitan dengan seks adalah adegan-adegan di sekitar ‘hubungan
seks’ yakni sebanyak 57%. Meski adegan yang tersebut hanya secara
eksplisit, namun bisa diasumsikan pada adegan hubungan seks yang
sebenarnya.
Salah satu dampak negatif televisi
adalah perubahan perilaku, karakter, dan mental penontonnya terutama
pada anak. Hal ini dikarenakan acara televisi yang disajikan semuanya
hampir sama. Salah satunya sinetron yang banyak menampilkan adegan
kekerasan, gaya hidup hedonis, seks, ataupun mistik. Jika masyarakat
banyak yang kurang setuju dengan pendapat ini, para owner
atau pemilik media akan beralasan jika penayangan acara tersebut
merupakan permintaan pasar yang dibuktikan dengan tingginya rating.
Dengan sistem rating, program-program unggulan (ini juga tak berkait
dengan kualitas, melainkan kuantitas nilai jumlah pemirsa) akan
menjadi rebutan para pemasang iklan. Dengan begitu industri kapitalis
hanya akan berfikir bagaimana memperoleh keuntungan tanpa
memperdulikan dampak yang terjadi pada masyarakat khususnya
anak-anak.
Tayangan televisi
ditengarai telah mempengaruhi munculnya perilaku negatif (agresif dan
konsumtif) di kalangan anak-anak. Hampir seluruh
sajian acara di televisi disuguhkan untuk konsumsi
penonton dewasa. Sementara acara untuk anak-anak
boleh dibilang sangat minim. Selain itu, sebagian besar jam tayang
televisi (terutama TV swasta) menyajikan
tayangan-tayangan yang bersifat informasi dan hiburan (infotainment).
Bahkan dapat dikatakan wajah tayangan televisi kita
didominasi oleh sinetron dan informasi selebriti. Ironinya, alur
cerita yang ada belum beranjak dari isu perselingkuhan, percintaan,
dan kekerasan. Situasi ini semakin diperparah oleh jam tayang yang
“memaksa” anak-anak ikut menonton.
1. Dampak acara sinetron tujuh manusia harimau , seorang anak tewas dikeroyok teman sekolahnya Baca Disini
2. Gulat “Smack Down” dihentikan setelah banyak anak yang menjadi korban akibat menonton dan menirukan adegan di dalamnya. Baca Disini
3. Acara "Eksekusi Saddam Husein" Hukuman mati Saddam pada 30 Desember 2006 ditayangkan di sejumlah jaringan televisi di Arab dan Barat. Setidaknya lima orang anak dilaporkan gantung diri meniru hukuman mati Saddam setelah menyaksikan eksekusinya di televisi. Di antaranya adalah seorang anak berumur 12 tahun di Aljazair yang digantung oleh temannya . Baca Disini
4. Acara "Sulap Limbad"
Pada 2009, seorang anak laki-laki
berusia 12 tahun di Jakarta Pusat ditemukan tewas tergantungdi
ranjangnya yang bertingkat. Menurut keterangan orang tua korban dan
saksi lainnya, diketahui bahwa ia gemar meniru aksi seorang pesulap
di televisi. Setiap selesai menyaksikan tayangan “Limbad The
Master”, korban mempraktikkan adegan yang ditontonnya. Korban juga
sempat menusuk tangannya dengan sejumlah jarum kemudian
dipertontonkan kepada teman-temannya. Orang tua korban sering marah
dan menegur kebiasaan anaknya ini. Ketika akhirnya kebiasaan korban
meniru sulap Limbad merenggut nyawanya, orang tuanya sedang berjualan
di pasar. Baca Disini
5. Petualangan Dora dan Diego
Pada 2008, masyarakat Inggris dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang anak perempuan berusia 4 tahun karena leher terjerat pita rambut miliknya. Korban meninggal dengan posisi yang sama persis dengan tayangan kartun yang ditonton di hari sebelumnya. Menurut pengakuan orang tuanya, korban sangat menyukai serial kartun “Dora The Explorer” dan “Go Diego Go”. Pada salah satu tayangan kartun kesukaannya itu memperlihatkan adegan seorang anak yang bergelantungan di pohon menggunakan seutas tali. Baca Disini
6. Kartun Serigala
Di tahun yang sama, dua orang kakak beradik di Cina berusia 7 tahun dan 4 tahun dibakar temannya. Kedua korban diikat ke sebuah pohon dan kemudian dibakar hidup-hidup. Akibat insiden ini kedua anak tersebut mengalami luka bakar yang cukup serius. Pelaku yang berusia 10 tahun mengakui dirinya menirukan salah satu adegan dari film kartun berjudul “Xi Yangyang & Hui Tailang” atau dalam bahasa Inggris “Pleasant Goat and Big Big Wolf”. Pengadilan Cina akhirnya memutuskan produser acara tersebut bersalah dan wajib bertanggung jawab dengan membayar kompensasi biaya perawatan korban sebesar 15 persen. Baca Disini
7. Kisah ungkapan cinta-cintaan seperti pada acara televisi pada anak SMP . Baca Disini
8. Dialog percintaan di Sinetron mempengaruhi anak SD . Baca disini
9. Anak Sekolah korban sinetron, 20 soal jawaban asal-asalan . Baca Disini
Dan masih buanyak lagi contoh dan tingkah laku dari meniru acara televisi, Para orang tua apakah masih rela meracuni mental anak-anak anda dengan menonton acara Televisi. WASPADALAH!!!!
Yuk gerakan tidak menonton acara televisi pada smua stasiun TV dialihkan menjadi tontonan yang sehat melalui DVD sesuai dengan umur anak kita.
Semoga hati kita terbuka demi masa depan mental anak.
5. Petualangan Dora dan Diego
Pada 2008, masyarakat Inggris dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang anak perempuan berusia 4 tahun karena leher terjerat pita rambut miliknya. Korban meninggal dengan posisi yang sama persis dengan tayangan kartun yang ditonton di hari sebelumnya. Menurut pengakuan orang tuanya, korban sangat menyukai serial kartun “Dora The Explorer” dan “Go Diego Go”. Pada salah satu tayangan kartun kesukaannya itu memperlihatkan adegan seorang anak yang bergelantungan di pohon menggunakan seutas tali. Baca Disini
6. Kartun Serigala
Di tahun yang sama, dua orang kakak beradik di Cina berusia 7 tahun dan 4 tahun dibakar temannya. Kedua korban diikat ke sebuah pohon dan kemudian dibakar hidup-hidup. Akibat insiden ini kedua anak tersebut mengalami luka bakar yang cukup serius. Pelaku yang berusia 10 tahun mengakui dirinya menirukan salah satu adegan dari film kartun berjudul “Xi Yangyang & Hui Tailang” atau dalam bahasa Inggris “Pleasant Goat and Big Big Wolf”. Pengadilan Cina akhirnya memutuskan produser acara tersebut bersalah dan wajib bertanggung jawab dengan membayar kompensasi biaya perawatan korban sebesar 15 persen. Baca Disini
7. Kisah ungkapan cinta-cintaan seperti pada acara televisi pada anak SMP . Baca Disini
8. Dialog percintaan di Sinetron mempengaruhi anak SD . Baca disini
9. Anak Sekolah korban sinetron, 20 soal jawaban asal-asalan . Baca Disini
Dan masih buanyak lagi contoh dan tingkah laku dari meniru acara televisi, Para orang tua apakah masih rela meracuni mental anak-anak anda dengan menonton acara Televisi. WASPADALAH!!!!
Yuk gerakan tidak menonton acara televisi pada smua stasiun TV dialihkan menjadi tontonan yang sehat melalui DVD sesuai dengan umur anak kita.
Semoga hati kita terbuka demi masa depan mental anak.
0 komentar:
Post a Comment